Rope Access, Petualang Dalam Profesionalisme

Sekitar beberapa hari yang lalu kalau tidak salah, namun yang pasti masih di bulan ini, saya ditugaskan oleh kantor dimana saya bekerja untuk menghadiri salah satu rapat atau pembahasan pekerjaan yang digelar di salah satu Perusahaan BUMN Energi di Jakarta. Pertemuan tersebut membahas tentang salah satu pekerjaan yang sebenarnya jika di runut kebelakang pekerjaan tersebut berawal dari sebuah hobi ekstrem dari para jiwa petualang atau para adrenaline addict yang bisa dikatakan kerap menantang maut. Oleh karena itu saya merasa tertarik untuk menulis artikel tentang Rope Access Technique.

Bukan semata industri rekreasi, namun Rope Access juga kini meluas ke sektor industri. Maka tidak heran jika teknik tali temali ini kini bisa digeluti sebagai salah satu profesi profesional yang cukup menjanjikan dalam dunia industri. Dasar dari metode ini sendiri berasal dari kegiatan olahraga alam bebas seperti caving dan rock climbing yang di aplikasikan dalam dunia kerja.


Rope Access adalah teknik bekerja diketinggian dengan alat bantu utama berupa tali. Metode ini adalah modifikasi dari olahraga panjat tebing dan caving yang teknik serta peralatannya disesuaikan dengan cleaning industri. Untuk mengakses lokasi - lokasi sulit, Rope Access memiliki beberapa kelebihan dibanding beberapa metode lain seperti penggunaan Scaffolding, Boom lift, Gondola, Tangga, Main Cage with Crane dll, beberapa kelebihannya yaitu:

- Keamanan yang bisa diandalkan
- Lebih fleksibel
- Tidak menganggu proses produksi
- Dan dapat menjangkau tempat - tempat yang sulit

Sementara dalam penerapannya Rope Access bisa diterapkan untuk berbagai keperluan seperti pekerjaan untuk bidang vertical seperti ascend/descend untuk menara, gedung dll. Pekerjaan bidang horizontal diketinggian seperti jembatan ataupun atap bangunan. Pekerjaan dalam ruang terbatas seperti cerobong dll. Pekerjaan untuk penelitian, pengujian, maintainent dan masih banyak lagi.

Berdasarkan informasi yang saya ketahui, untuk seseorang yang memiliki kemampuan Rope Access dalam dunia industri bisa berpenghasilan antara 2 - 5 juta perhari, cukup menarik bukan?. Terlebih jika panjat memanjat adalah hobi yang sudah sejak lama kita senangi, sambil menyelam tentunya sekalian minum susu. Seperti kata orang, kebahagiaan dalam bekerja itu akan didapat ketika kita benar-benar mampu mencintai pekerjaan tersebut. Oleh karena itu bagi anda para pecinta adrenalin tali temali serta panjat memanjat, tidak ada salahnya jika mencoba profesi yang satu ini. Tapi tunggu dulu, karena pekerjaan ini merupakan kategori dengan resiko tinggi, maka sebelum menjadi salah satu pekerja dalam industri ini, kita diwajibkan memiliki sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang ataupun asosiasi yang sudah diakui keberadaannya.

Di Indonesia sendiri, Rope Access sudah dirintis sejak tahun 2005, dan pada tahun 2007 sudah menjadi bagian dari K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Khusus Bekerja di Ketinggian (working at high) dan ini diakui oleh Departemen Ketenagakerjaan. Pada tanggal 10 Maret 2016 yang lalu Menteri Tenaga Kerja mengesahkan Permenaker Nomor 9 Tahun 2016 tentang K3 Bekerja di Ketinggian, dan mencabut Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP.45/DJPPK/IX/2008 tentang “Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)” bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali (Rope Access). Permenaker Nomor 9 tahun 2016 diterbitkan untuk melaksanakan Pasal 2 ayat (2) huruf i dan pasal 3 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Dengan perkembangannya, Rope Access hingga saat ini melahirkan beberapa asosiasi di dunia. Misalnya saja di Singapura ada SRAA, di Australia ada ARAA, Amerika ada SPRAT dan di Indonesia sendiri ada ARAI. ARAI adalah organisasi bersifat terbuka, Independen dan nirlaba, terdiri dari kumpulan instruktur dan teknisi kerja di ketinggian. Berfungsi sebagai wadah untuk berinteraksi, berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kompetisi dan mengurangi kecelakaan diketinggian agar menjadi lebih produktif.

Untuk menjadi teknisi Rope Access, kita perlu menyelesaikan pelatihan formal dan mendapatkan nilai teknis. IRATA adalah organisasi Rope Access pertama yang berperan memberi solusi untuk masalah pemeliharaan di industry minyak dan gas, didirikan pada tahun 80-an. IRATA telah memiliki lebih dari 200 member resmi terdiri dari perusahaan - perusahaan yang ada diseluruh dunia dan lebih dari 80.000 teknisi  telah di sertifikasi hingga saat ini. Untuk anda yang tertarik menjadi teknisi akses tali (Rope Access Technician) bersertifikasi International bisa mengikuti IRATA Training dan tentunya dengan memenuhi setiap syarat yang berlaku. IRATA International memiliki skema pelatihan, penilaian dan sertifikasi yang diterapkan untuk semua anggota IRATA. Bergantung pada pengalaman dan tingkat pelatihan serta penilaian mereka, pembagiannya sendiri dikelompokkan ke dalam salah satu dari tiga nilai teknis:

Level 1
Rope Access Technician Level 1 dapat melakukan berbagai tugas yang ditentukan di bawah pengawasan Teknisi Level 3.

Level 2
Teknisi pada level ini sudah barang tentu harus memiliki kompetensi dan keterampilan Level 1, ditambah keterampilan tali-temali yang lebih kompleks, penyelamatan dan rope access. Mereka bekerja di bawah pengawasan Teknisi Level 3.

Level 3
Level ini merupakan kasta tertinggi yang berisi para teknisi mahir dalam semua keterampilan yang berlaku untuk Level 1 dan 2, dan dianggap mampu mengambil tanggung jawab penuh untuk keamanan rope access dalam hal proyek kerja. Mereka harus memahami teknik dan perundang-undangan kerja yang relevan, memiliki pengetahuan luas tentang prosedur rigging dan penyelamatan lanjutan, memegang sertifikat pertolongan pertama dan juga memiliki pengetahuan tentang pelatihan, penilaian dan skema sertifikasi IRATA.

Standard teknis sangat penting untuk setiap pekerjaan ini guna memastikan bahwa sebuah pekerjaan diketinggian sudah dilakukan dengan benar, dengan orang yang benar, peralatan yang benar dan prosedur kerja yang benar. Penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti helm, harness, tali lanyard, waist bell haruslah memenuhi standard tertentu. Misalnya penggunaan harness dengan label standard EN-12277 untuk bekerja di ketinggian adalah tidak tepat, karena EN-12277 adalah standard untuk Mountainnering. Sementara untuk sepatu dan sarung tangan merupakan aksesoris dalam APD boleh menggunakan produk yang memenuhi standar safety secara umum.

Standar teknis peralatan kerja di ketinggian tergantung dari standard industri tempat pekerjaan berlangsung dan approval dari user atau client. Karena standar industri satu dengan yang lainnya sudah barang tentu terdapat perbedaan, seperti halnya standar safety pada Industri Migas sudah pasti berbeda dengan satndar safety yang diberlakukan dalam Industri Konstruksi. Secara umum peralatan bekerja di ketinggian yang dipakai adalah Standar Eropa dengan label EN, Standar Amerika dengan label ANSI, atau standar yang digunakan oleh disatu negara tertentu seperti Jepang dengan label JIS, juga beberapa label lain seperti CSA, ISO atau bisa juga SNI di Indonesia.

Nah bagaimana, cukup jelas bukan?. Itulah sedikit ulasan singkat mengenai Rope Access, mudah-mudahan dengan membaca tulisan ini sedikit banyak bisa menambah wawasan kita semua bahwa disana ada beberapa keterampilan khusus yang sebenarnya selama ini kita nikmati sebagai hobi belaka, namun ternyata keterampilan tersebut bisa juga ditekuni sebagai suatu profesi hingga mencapai tingkat profesional.

Share on Google Plus

About Adang Sutrisna

An ordinary husband and father who was born at eastern small town of West Java. Working for the State Owned Company in Indonesia, loving outdoors activity and adventure addict. Part time wanderer with amateur experience, but full time dreamer with no limit to break the horizon as the destination...