Tulehu, Maluku Tengah - Mollucas #Indonesia (Special Part : Farewell Hero)

Picture source : Google.com
Masih dari satu rangkaian perjalanan yang sama dengan artikel Teluk Ambon, Ambon - Mollucas #Indonesia, dimana kala itu saya ditugaskan oleh kantor tempat bekerja untuk menghadiri sebuah pertemuan yang digelar di Kota Ambon. Di hari kedua kedatangan di Ambon, pagi itu saya langsung menghadiri rapat yang menjadi tujuan atas kedatangan kami di sini. Bertempat di sebuah kantor di Kota Ambon, rapat berjalan dengan cukup lancar, hingga menjelang istirahat siang, rapat tersebut berakhir untuk kemudian dilanjutkan dengan kegiatan site visit ke tempat dimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan.

Dari Kota Ambon kami bergerak menuju Desa Tulehu, sebuah desa berpenduduk mayoritas Muslim, yang terletak di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Berbatasan dengan Desa Suli, Desa Liang dan Desa Waai. Tulehu adalah sebuah pintu masuk bagi penduduk dari pulau-pulau Saparua, Seram, Haruku, Nusalaut dan pulau-pulau lainnya ke Kota Ambon karena disini terdapat pelabuhan Tulehu (Port Of Tulehu). Kita dapat mencapai Negeri (Desa) Tulehu dengan menggunakan angkutan umum dari kota Ambon dengan tarif sekitar Rp 7.500 hingga Rp 9.000, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Namun bila ingin langsung ke Negeri Tulehu dari Bandara Pattimura, dapat ditempuh dengan menggunakan mobil sewaan dengan tarif sekitar Rp 150.000 hingga Rp 200.000 atau angkutan umum dengan tarif antara Rp15.000 hingga Rp 20.000.

Tulehu dikenal sebagai tempat kelahiran dari beberapa pemain Sepak bola yang terkenal di Indonesia. Pemain yang berasal dari Tulehu seperti Hendra Bayauw, Hasyim Kipuw, Dani Lestaluhu, Alfin Tuasalamony, dan Imran Nahumarury. Maka tak heran jika desa ini dijuluki sebagai Kampung Sepakbola di Indonesia. 
Site

Sesampai di site/lokasi pekerjaan, kami langsung berkeliling melakukan survey sebagai acuan untuk membuat perencanaan kerja, dari mulai perencanaan mobilisasi serta perencanaan pengelolaan pekerjaan utama yaitu operasi pemboran. Sekilas tentang site/lokasi kerja ini, adalah merupakan sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan berkapasitas 2 x 10 mw di Desa Suli dan Tulehu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. PLTP yang dibangun di atas lahan 1.920 ha tersebut akan memperkuat sistem kelistrikan di Pulau Ambon yang hingga saat ini dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan daya mampu 61,9 mw dan beban puncak 54 mw. Wilayah kerja panas bumi (WKP) Tulehu memiliki potensi sebesar 60 mw. Untuk tahap awal, PLN hanya mengembangkan sebesar 2 x 10 mw. Pembangunan PLTP ini merupakan upaya PLN memaksimalkan penggunaan pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebagai bagian dari pembangunan program 35.000 MW.

Bapak Manise

Selepas berkeliling, saya pun bersantai menikmati es kelapa muda yang disajikan di tempat tersebut sambil berbincang santai dengan para pekerja PLTP tersebut yang rata-rata merupakan putra daerah. Meskipun terik matahari saat itu terbilang cukup menyengat, namun karena wilayah kerja ini merupakan sumber panas bumi, maka tak heran jika saat itu kami tidak merasa kepanasan. Sambil menghabiskan berbatang-batang rokok kami berbincang tentang berbagai macam topik obrolan. Dari mulai urusan pekerjaan, keluarga, hingga informasi-informasi wisata di sekitar Desa Tulehu. Termasuk beberapa cerita masyarakat yang kental dengan adat istiadat serta berbagai topik lainnya. Suguhan uniknya alam Desa Tulehu, mungkin akan sedikit mencengangkan kita. Cukup sulit menjumpai daerah lain yang memiliki kesamaan potensi wisata, layaknya desa yang dijuluki "Negeri Penuh Berkah" ini. Bukan tanpa alasan, komplitnya potensi wisata dari pantai, hingga pemandangan alam yang memanjakan mata, semua tersedia di desa ini.
Port

Selepas beristirahat, perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi sebuah pelabuhan khusus di area milik PT. PLN (Persero) yang lokasinya tidak jauh dari Port of Tulehu. Disini kami melihat kesiapan dermaga tersebut sebagai sarana penunjang mobilisasi peralatan berat yang nantinya akan digunakan dalam pekerjaan tersebut. Sedikit tentang Port of Tulehu, pelabuhan ini merupakan gateway satu-satunya jalur laut jika berencana untuk mengunjungi kawasan Maldives-nya Indonesia yaitu Pantai Ora. Dari pelabuhan ini, kita harus naik kapal lagi selama 2 jam untuk tiba di pelabuhan Amahai dengan ongkos sekitar Rp 150.000 per orang. Dari Pelabuhan Amahai, dilanjutkan dengan naik angkutan umum lagi menuju Desa Sawai selama 2 jam. Setelah itu, dari Desa Sawai masih harus menyeberang lagi dengan kapal motor selama 10 menit. Maka setelah perjalanan selama kurang lebih 5 jam tersebut, kita akan di suguhkan oleh pemandangan menakjubkan dari salah satu surga tersembunyi yang berada di Timur Indonesia ini.

Beres dengan urusan rencana mobilisasi di pelabuhan, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah rumah makan di atas laut di sekitar Pantai Natsepa (gambar utama) untuk mengisi perut meskipun sudah melewati jam makan siang. Pantai Natsepa terletak di Desa Suli, disini kita dapat bermain di pantai yang jernih membiru hingga ke tengah menjauh dari daratan. Jika air laut surut, hamparan pasir putih akan terlihat sepanjang 1 km. Letak pantai ini dari pusat kota hanya berjarak sekitar 18 km dan dapat ditempuh menggunakan angkutan umum dari Terminal Mahardika menuju Suli. Di pantai ini jangan lupa untuk mencoba rujak yang dijual di dekat pantai. Selesai menikmati makan siang, tak terasa hari sudah mulai beranjak sore. Maka setelah puas dengan sajian makan siang dan panorama indah di sekitar Pantai Natsepa, kami pun beranjak menuju Ambon, kembali menuju penginapan untuk beristirahat.

Jujur saja, hari itu adalah hari yang luar biasa bagi saya. Langit yang cerah beriring menyambut pagi yang penuh semangat. Bukan hanya sekedar cuaca, tapi hari itu merupakan hari pertama saya mulai menginjakan kaki di dunia yang sebelumnya tidak pernah saya kenal yaitu Operasi Pemboran atau Drilling. Rasa syukur saya semakin bertambah, karena ternyata di hari itu juga saya diberikan kesempatan untuk berada di tengah-tengah para pahlawan hebat di lapangan yang memiliki kontribusi besar bagi ketersediaan energi Indonesia, sehingga hampir disetiap hari hasil dari kerja keras mereka tersebut bisa kita nikmati. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang pernah diminta oleh negara dan terlibat langsung dalam upaya "penyelamatan" ketika bencana Lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo terjadi. Tapi tidak hanya itu, rasa syukur pun saya ucapkan karena alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk ikut berkontribusi dalam sebuah Mega Project Pemerintah yang ditujukan bagi kepentingan publik. Terlepas dari proyek tersebut syarat akan korupsi dan hal rawan lain nya, jujur saya tidak begitu peduli, dan memang untuk saat ini saya tidak mengerti sepenuhnya tentang apa yang terjadi di level atas sana. Yang terpenting bagi diri saya pribadi, saya memiliki kesempatan untuk terus melakukan sesuatu bagi bangsa ini meskipun hanya dalam skala terkecil sekalipun, karena memang nilai-nilai seperti itulah yang selalu ayah ajarkan kepada saya.

Namun sayangnya, ternyata di hari itu juga saya harus mendengar kabar yang sangat mengejutkan tentang ayah. Jiwa yang tadinya penuh semangat ini tiba-tiba lemah tak berdaya. Orang yang di hari minggu sebelum berangkat itu saya cium keningnya dengan penuh harapan, ternyata harus mengakhiri ceritanya dalam kehidupan ini. Terasa sesak dihati, sakit, terlebih saya tidak berada di sisinya ketika ayah menghembuskan nafas terakhirnya, tapi memang itulah yang namanya kehidupan, suka tidak suka, siap tidak siap, dan ketika Yang Kuasa sudah memanggil, tidak ada daya dan upaya lagi yang bisa kita lakukan selain berdoa dengan harapan bahwa ayah selalu mendapatkan tempat terbaik di alam sana. Dan bagi siapapun yang mengenal ayah saya, atau mungkin ada yang pernah merasa tersakiti oleh sikap ayah semasa hidupnya, saya mohon untuk bisa membukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya...

Just farewell hero !!!

Share on Google Plus

About Adang Sutrisna

An ordinary husband and father who was born at eastern small town of West Java. Working for the State Owned Company in Indonesia, loving outdoors activity and adventure addict. Part time wanderer with amateur experience, but full time dreamer with no limit to break the horizon as the destination...