Sri Indrapura, Siak - Riau #Indonesia


Kesempatan untuk menyusuri wilayah Kabupaten Siak ini datang ketika pada saat itu saya kembali bertugas untuk salah satu pekerjaan yang harus saya selesaikan di wilayah Provinsi Riau. Kala itu saya memilih Kota Pekanbaru sebagai tempat untuk bermukim sementara selama mempersiapkan segalanya terkait rencana roadshow pekerjaan dari kota ke kota di wilayah Provinsi Riau, dan sebuah penginapan sederhana di tengah kota menjadi pilihan untuk menginap. Setelah selesai mepersiapkan segalanya, yang juga dibantu oleh teman-teman dari kantor cabang kami di Pekanbaru, akhirnya saya memutuskan Kabupaten Siak sebagai kota pertama yang akan dikunjungi. 

Kabupaten Siak sendiri merupakan kabupaten yang berdiri diatas puing-puing Kesultanan Siak Sri Inderapura yang merupakan Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, Pewaris Tahta Kerajaan Johor yang mengasingkan diri ke Pagaruyung. Raja Kecil berdasarkan Hikayat Siak, merupakan Putra Sultan Mahmud Syah, Raja Kerajaan Johor yang dibunuh. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.

Pagi itu, pukul 05.00 dini hari sekitar pertengahan di bulan Oktober 2011, saya ditemani seorang driver meluncur dari Kota Pekanbaru untuk menuju Kabupaten Siak. Meskipun sebenarnya secara administratif wilayah Kabupaten Siak beririsan dengan Kota Pekanbaru, namun untuk menuju pusat kotanya yaitu Sri Indrapura bisa ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam dari Pekanbaru. Tak banyak cerita yang bisa saya bagi sepanjang perjalanan menuju pusat kota ini, yang jelas ketika kami sudah mendekati pusat kota Sri Indrapura, kesan pertama yang terlintas dalam pikiran saya yaitu Kabupaten Siak ini merupakan sebuah kota yang cukup bersih dengan keadaan yang masih lengang dan sangat terasa sekali nuansa Melayu yang melekat pada kota ini.

Setiba disana saya langsung berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat terkait pekerjaan yang akan dilaksanakan di kota ini. Singkat cerita, setelah saya menyelesaikan segala hal terkait pekerjaan, siang harinya sekitar pukul 13.00 saya langsung menuju jalanan di sekitar Istana Siak Sri Indrapura untuk mencari makan siang sekalian mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura sebagai destinasi pertama.

Istana Siak Sri Indrapura
Istana Siak Sri Inderapura atau Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang mulai dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri memiliki luas 1.000 meter persegi.
The Castle

Istana Siak memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan di samping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sementara pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, kemudian di sebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara. Ke dalam lagi di ruang pertemuan, terdapat meja panjang dikelilingi kursi-kursi kayu. Cermin-cermin besar dipasang tinggi-tinggi di empat sisi dinding. Satu tempat lilin besar digantung tepat di atas meja.

Sungai Siak
Sungai Siak merupakan sungai terdalam di Indonesia, yang kedalamannya dahulu mencapai 30 meter, namun akibat pendangkalan kini tinggal hanya tinggal sekitar 18 meter saja. Sehingga dahulunya sungai ini dapat dilalui oleh kapal-kapal besar seperti kapal tanker dan kapal peti kemas. Sebagai salah satu sungai terdalam di Indonesia sungai Siak pun tak terlepas dari kisah-kisah misteri. Bahkan setiap kisah yang langsung menjadi perbincangan acap kali dikaitkan dengan dunia gaib. Di balik manfaat alam yang di berikan sungai yang memiliki panjang sekitar 527 km ini, ternyata menyimpan segelimit kisah yang sangat misterius. Sungai yang tidak seindah sungai-sungai lainnya ini konon sering meminta tumbal nyawa manusia.
Quiet But Deadly
Just Another Expression...
















Beberapa rincian kisah misteri tentang sungai ini berhasil saya dengar dari penjual kopi di kedai pinggiran sungai yang kami singgahi. Terlepas itu semua sebuah kenyataan atau hanya sekedar mitos, yang pasti cerita-cerita tersebut mampu mebuat kami larut dalam eksotisme suasana senja di pinggiran sungai terdalam di Indonesia ini.

Setelah cukup puas menikmati pemandangan di sekitar sungai, kami pun bergegas untuk mencari mesjid terdekat, karena saat itu Adzan Maghrib sudah berkumandang. Selepas menunaikan kewajiban sebagai seorang Muslim, kami pun beranjak pulang menuju Pekanbaru dan meninggalkan jejak-jejak kenangan tentang suatu senja di Semenanjung Malaya... 

Share on Google Plus

About Adang Sutrisna

An ordinary husband and father who was born at eastern small town of West Java. Working for the State Owned Company in Indonesia, loving outdoors activity and adventure addict. Part time wanderer with amateur experience, but full time dreamer with no limit to break the horizon as the destination...