Nusakambangan, Cilacap - Central Java #Indonesia

Picture Source : Google.com
Berbeda dengan perjalanan petualangan yang lainnya, untuk perjalanan kali ini saya tidak sendirian. Perjalanan menuju pulau yang selama ini dikenal sebagai tempat pengamanan untuk narapidana kelas berat ini saya tempuh bersama enam orang sahabat semasa saya duduk di bangku kuliah dulu. Tujuan kami sebenarnya adalah guna menghadiri undangan pernikahan salah satu sahabat kami lainnya yang kebetulan akan melangsungkan pernikahannya di Kota Cilacap. Saya tidak ingat secara detail kapan tepatnya perjalanan kami ini ditempuh, namun yang pasti kalau tidak salah pada saat itu sekitar pertengahan tahun 2010, karena selain pada tahun itu saya masih kerap mondar-mandir di lingkungan kampus, dan jika merujuk kepada bukti-bukti dokumentasi yang saya temukan, kala itu badan saya juga masih cungkring tidak jelas serta kurang gizi...lol.

Perjalanan ini diawali dengan berkumpulnya kami di Kota Bandung yang merupakan meeting point paling tepat menurut pemikiran kami. Setelah semua persiapan telah dilakukan, malam itu kami bergerak menuju Cilacap dengan menggunakan satu unit mobil tipe minibus sewaan. Dari Bandung kami langsung menyusuri jalanan Pesisir Selatan Pulau Jawa melalui rute Tasikmalaya - Ciamis - Cilacap. Cerita sepanjang perjalanan hanya kami hiasi dengan berbagai canda tawa sambil disertai ulah tangan-tangan jahil dari sahabat saya silih berganti yang kerap menggangu siapapun yang tertidur. Sesekali kami pun beristirahat hanya untuk sekedar menikmati secangkir kopi ataupun makanan yang ditemui di sepanjang jalan.
Whatever, EJ is on the way...

Bandung - Cilacap kami tempuh dalam waktu sekitar 6 jam. Setiba di Cilacap, kami pun langsung menuju rumah yang telah disediakan oleh Sang Manten untuk tempat kami menginap selama di Cilacap. Menurut informasi dari Sang Manten, rangkaian acara pernikahan esok hari akan diawali oleh acara akad nikah sekitar pukul 9 pagi, untuk kemudian resepsinya akan dilangsungkan pada malam harinya. Karena lelah, kami pun langsung beristirahat tanpa ada acara ini-itu atupun nongkrong terlebih dahulu seperti halnya kebiasaan kami selama awal masa kuliah.

Keesokan harinya kami bersiap untuk mengantarkan Sang Manten menuju lokasi akad nikah, dimana ditempat tersebut sahabat kami itu akan mengucapkan janji sucinya untuk menempuh mahligai rumah tangga dan lepas landas meninggalkan kehidupan lajang bersama kami semua. Karena memang Sang Manten merupakan orang pertama yang menikah dalam tongkrongan ini. Rasa haru bercampur bahagia bercampur menjadi satu ketika menyaksikan sah nya janji suci yang di ucapkan oleh sahabat kami itu.
 
Oh God, please forgive us for 'ngga banget' picture...
Singkat cerita rangkaian prosesi akad nikah sudah selesai. Di siang harinya kami berencana untuk berjalan-jalan di seputar Cilacap serta mengunjungi Teluk Penyu, melihat panorama keindahan teluk dan pantai tersebut sambil bersantai menikmati hari. Namun bukan EJ namanya kalau hanya puas dengan sajian begitu saja. Tanpa unsur kesengajaan, kami melihat perahu yang mengantarkan penumpang menyebrang ke Pulau Nusakambangan, sejenak kami pun akhirnya ikut-ikutan menyewa satu perahu dan menyebrang ke Pulau Kematian tersebut.  

Sekedar tambahan pengetahuan, Pulau Nusakambangan adalah pulau di lepas pantai Cilacap. Orang-orang mengenal pulau ini sebagai tempat keberadaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) berkeamanan tinggi yang dihuni oleh tahanan kelas kakap berkasus berat. Tapi siapa yang menyangka jika sebetulnya pulau seluas 121 kilometer persegi ini juga menyimpan potensi wisata yang besar. Image seram akan napi kelas kakap yang dipenjara di pulau ini, serta tempat dimana hukuman eksekusi mati dilakukan, tak menjadi halangan bagi traveler untuk menjelajahi wilayahnya.

Sesampai di pulau tersebut kami sempat mengunjungi beberapa destinasi seperti benteng-benteng kuno peninggalan jaman Belanda, gua-gua di pesisir pantai, serta pantai pasir putih di pulau ini. Memang tak banyak dokumentasi yang sempat kami abadikan, karena selain memang perjalanan ini tidak direncanakan, kami juga terburu-buru untuk kembali ke penginapan guna mempersiapkan acara resepsi pernikahan yang masih harus kami hadiri di malam harinya.
'Residivis Kambuhan' waiting for execution... 
What the f***...

















Setelah cukup puas menjelajahi pulau yang sering disebut sebagai Alcatraz Indonesia ini, kami pun bergegas kembali ke penginapan untuk kemudian menyiapkan diri untuk menghadiri resepsi pernikahan yang digelar sekitar pukul 7 malam itu. Mengenai acara ramah tamah resepsi itu sendiri pun berlangsung seperti acara resepsi pernikahan pada umumnya dimana kami hadir dengan tampang yang cukup lelah. Namun kelelahan itu tak menyurutkan niat kami sebagai sahabat untuk bisa membahagiakan kedua mempelai. Di akhir acara resepsi, kami pun mohon pamit kepada Sang Manten beserta keluarga besar untuk beranjak pulang menuju Bandung.

Itulah sepenggal cerita tentang perjalan kami, enam orang pemuda tanggung yang mulai beranjak untuk menuju proses pendewasaan. Sahabat datang dan pergi bukan berarti mereka tidak akan pernah berdiri lagi bersama kita dalam setiap langkah kehidupan, hanya saja masing-masing dari kita memikul beban, tanggung jawab, serta mimpi yang masih sama harus dikejar, dengan harapan suatu saat nanti sekali lagi kita akan berdiri bersama sebagai kilauan pelita yang mampu memberi cahaya bagi kehidupan yang terkadang redup, dan sampai kapanpun, kami tidak akan pernah lelah untuk terus mengejar matahari...

Share on Google Plus

About Adang Sutrisna

An ordinary husband and father who was born at eastern small town of West Java. Working for the State Owned Company in Indonesia, loving outdoors activity and adventure addict. Part time wanderer with amateur experience, but full time dreamer with no limit to break the horizon as the destination...