Pananjung, Pangandaran - West Java #Indonesia


Jika ditanya tentang Pantai Pananjung, kebanyakan orang pasti akan sedikit bingung membayangkan lokasinya, bahkan untuk Orang Jawa Barat sendiri, Pananjung masih terdengar asing ditelinga. Namun lain hal ketika kita menyebutkan Pantai Pangandaran, maka bisa dipastikan nama itu lebih terdengar akrab di telinga masyarakat terutama Warga Jawa Barat. Karena bagaimanapun Pantai Pangandaran atau Pananjung ini merupakan salah satu objek wisata andalan di Jawa Barat.

Pada awalnya Desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari Suku Sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan. Karena di Pantai Pangandaran inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi cagar alam atau hutan lindung, tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Di sinilah para nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu, setelah semakin lama semakin banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. Lalu para sesepuh terdahulu memberi nama Desa Pananjung, karena menurut para sesepuh terdahulu di samping daerah itu terdapat tanjung, di daerah ini pun banyak sekali terdapat keramat-keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam Bahasa Sunda pangnanjung-nanjungna (paling subur atau paling makmur).

Pangandaran merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Undang-undang nomor 21 tahun 2012 mendasari lahirnya kabupaten baru (DOB) yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 16 November tahun 2012. Kemudian diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin pada tanggal 17 November tahun 2012, maka Pangandaran resmi menjadi Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Dalam UU No. 21/2012 disebutkan, Kabupaten Pangandaran berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Ciamis, yang terdiri dari : Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang, Kecamatan Cimerak, Kecamatan Cigugur, Kecamatan Langkaplancar, Kecamatan Mangunjaya, Kecamatan Padaherang, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih. Ibu Kota Kabupaten Pangandaran berkedudukan di Kecamatan Parigi.

Sebagai Orang Jawa Barat, berapa kali saya pernah menginjakan kaki di tempat ini?, jawabannya tidak ingat secara pasti. Tapi jika ditanya kapan pertama kali saya menginjakan kaki di Pantai Pananjung ini?, maka bisa dipastikan jawabannya adalah sekitar tahun 2004. Ketika waktu itu saya masih duduk di bangku kuliah di sebuah universitas yang terletak di Kota Bandung. Bosan dengan kesibukan kuliah sehari-hari, siang itu saya bersama tiga orang teman kost berinisiatif untuk pergi ke Lembang hanya sekedar untuk menghirup udara sejuk pegunungan sambil menikmati berbotol-botol minuman tidak jelas yang lumayan membuat kepala jadi pusing.

Berawal dari nongkrong, bercanda, serta terbahak di sekitaran perkebunan teh, tanpa perencanaan dan persiapan apapun, secara tiba-tiba saja kami memutuskan untuk melanjutkan keisengan dengan bergerak menuju Kabupaten Subang. Sesampainya di Subang, kami hanya mengunjungi beberapa teman kuliah yang kebetulan berdomisili di sana. Ketika sore menjelang, bukannya berpikir untuk pulang ke Bandung, kami berempat malah makin selon untuk melanjutkan perjalanan ke arah Pantai Utara melewati Indramayu dan sampai di Kota Cirebon sekitar pukul 9 malam. Pucuk dicinta ulam pun tiba, saat kami kebingungan harus beristirahat dimana, pacar dari salah satu teman saya yang ikut ini kebetulan sedang berada di rumahnya di Cirebon. Alhasil dapatlah kami akomodasi gratis selama semalam di rumahnya.

Keesokan paginya, kami semua sudah bersiap untuk pamit. Bukan untuk pulang kembali ke Bandung, akan tetapi malah melanjutkan perjalanan menuju Pangandaran melalui jalur Waduk Darma di Kuningan, kemudian menyusuri jalanan sepi daerah Galuh, Kawali, dan tiba di Jalur Pantai Selatan Ciamis, Banjar. Sekitar tahun 2004, jalur ini termasuk salah satu jalur yang masih sepi. Di sepanjang jalur ini kita akan dimanjakan oleh udara sejuk serta rindangya pepohonan besar yang memayungi jalan sehingga meskipun siang, suasana akan terasa sedikit gelap dan teduh. Tak luput juga penampakan hewan Kera dan Lutung yang sedang bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya, bisa dengan mudah kita temukan.

Perjalanan cukup lama, karena selain menikmati suasana jalan, tak jarang juga kami sesekali berhenti untuk beristirahat serta menikmati pemandangan yang kami lewati. Terhitung sekitar pukul 2 siang kami baru sampai di Pangandaran. Sesaat sebelum sampai di Pantai Pananjung, kami meminjam sebuah kamera dari sodara salah satu teman saya yang kebetulan berdomisili di Banjar. Jaman itu belum ada kamera digital, jadi setelah meminjam kamera tersebut, kami membeli film di toko kamera yang ditemukan sepanjang jalan menuju Pantai Pananjung.
Magnificent...

Sesampai di pantai, kami langsung menuju bibir pantai yang berpasir putih lembut itu. Sambil melepas lelah kami bercanda serta menikmati suasana pantai yang sepi karena memang saat itu bukan musim liburan. Sehingga kami bisa dengan leluasa bersenda gurau menikmati keindahannya. Pantai dengan hamparan pasir putihnya yang luas, ditambah air pantai yang berwarna kebiruan seakan menjadi satu daya tarik tersendiri. Belum lagi keindahan juga ditawarkan lewat karakter ombak pantai yang begitu ideal untuk melakukan surfing. Selain dapat digunakan sebagai lokasi selancar, Pantai Pananjung Pangandaran juga menjadi arena yang tepat untuk melakukan diving dan snorkeling. Pantai yang masuk dalam kawasan Cagar Alam Pangandaran ini, juga dilengkapi dengan hutan pepohonan yang ada di seberang pantai. Dilokasi cagar alam ini, kamu bisa menyaksikan berbagai flora dan fauna seperti tanaman bunga langka, hingga berbagai satwa seperti orang utan, kijang, rusa dan lainnya. Pantai ini juga termasuk pantai dimana kita bisa menikmati keindahan matahari terbenam atau sunset.
The Dutch company...

Sebagai salah satu pantai tujuan wisatawan yang ada di Pangandaran, Pantai Pananjung begitu terkenal di mata wisatawan luar daerah bahkan sampai ke mancanegara. Tak heran jika di lokasi pantai ini, kita bisa dengan mudah menemukan pengunjung dari negara lain yang ingin menikmati keindahan pantai ini. Seperti halnya sepasang muda-mudi asal Belanda yang kami temui ketika hari sudah menjelang sore. Kala itu mereka berdua menyapa kami dengan ramah ketika kami sedang asyik bermain di pasir pantai. Sambil menawarkan sebotol bir, merekapun ikut duduk bersama kami sambil menikmai keindahan pantai yang mulai beranjak gelap. Kami pun membalas keramahan mereka dengan menawarkan rokok dan juga minuman ngga jelas yang tidak henti-hentinya kami konsumsi sejak awal keberangkatan dari Bandung sana. Mereka pun mencobanya, dan keluarlah ekspresi aneh dari mukanya seraya berkata "what the hell is this?".

Sambil tidak kuat menahan tawa karena melihat ekspresinya, kami pun menjelaskan bahwa minuman itu adalah salah satu jenis suplemen kesehatan yaitu Extra Joss, yang sengaja kami campurkan dalam satu botol air mineral, hanya saja yang dipakai sebagai bahan pelarutnya bukan air mineral tersebut, melainkan salah satu jenis minuman jalanan yang populer dengan sebutan "Singa Jengke"...lol. 

Tak terasa hari semakin gelap, kami pun mulai meninggalkan bibir pantai dan beranjak menuju warung di sekitar pantai untuk sekedar menikmati mie goreng dan juga jajanan lainnya karena perut sudah mulai keroncongan. Setelah menikmati jajanan seadanya di warung tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke Bandung meskipun kondisi fisik sudah mulai terasa lelah. Untuk ukuran sebuah perjalanan menuju pantai yang notabene pasti bermain air dan memerlukan pakaian ganti, saat itu kami benar-benar tidak membawa apa-apa selain pakaian yang melekat pada tubuh. Sehingga kami membeli beberapa celana pendek untuk kebutuhan bermain di pantai. Diantara kami berempat, hanya satu orang saja yang membawa tas, dan isinya pun hanya minuman jalanan yang kami bawa dan konsumsi sejak berangkat dari Bandung.

Dari mulai beristirahat serta tertidur di pom bensin di pinggir jalan, hingga merasakan keringnya kembali baju yang kami pakai setelah kehujanan di jalanan, semua itu kami lalui dalam perjalanan ini. Sebuah perjalanan nekat semi konyol tanpa perencanaan, namun justru itulah makna sebenarnya dari sebuah petualangan yang mampu memberikan kesan mendalam sebagai suatu cerita yang akan terus dikenang, sekalipun cerita tersebut telah lama berlalu sekitar 15 tahun yang silam...     

Share on Google Plus

About Adang Sutrisna

An ordinary husband and father who was born at eastern small town of West Java. Working for the State Owned Company in Indonesia, loving outdoors activity and adventure addict. Part time wanderer with amateur experience, but full time dreamer with no limit to break the horizon as the destination...